Content

Thursday, March 18, 2010

Sekuntum Bunga untuk Mama



Oleh: Andi Sri Suriati Amal

Aku tengah berbaring menyusui si kecil ketika tiba-tiba Deniz masuk sambil berteriak:

Mama, Mama … ini ada bunga untuk Mama!“

Wow, terima kasih, sayang. Cantik sekali bunga ini“

Bunga ini Deniz petik dari Spielplatz di bawah sana, Ma!“

Entah bunga apa namanya. Bentuknya kecil-kecil, mirip bunga matahari (daisy). Deniz (11 Mei ini usianya baru genap 3 tahun) memetik beberapa tangkai. Pemberiannya itu memang sangat sederhana, tapi cukup membuat hatiku sebagai ibu jadi berbunga-bunga’. Terharu, kucium dan kupeluk dia. Ekspresi mukanya yang begitu polos ceria, senyumnya yang tulus, tatapan matanya yang bening, semakin membuatku trenyuh.


Aku bahagia sekali, meski hanya sejenak. Sebab kemudian pikiranku menerawang jauh, jauh sekali ke masa depan anakku kelak. Kebahagiaanku tiba-tiba buyar diterjang kecemasan. Tak sanggup rasanya aku membayangkan segala yang akan dialami dan dilaluinya bila beranjak dewasa nanti. Insya Allah, jika panjang umurnya, ia kan tumbuh menjadi gadis remaja, menjadi istri dan ibu sepertiku. Mengarungi lautan kehidupan yang mungkin tak bersahabat dan penuh resiko. Mendapati kenyataan hidup yang tidak semanis permen kesukaannya.

Sebagai ibu tentu saja aku berdoa dan berharap yang terbaik untuk anak-anakku. Ingin mereka menjadi orang-orang yang sholeh dan bahagia, selamat di dunia dan akhirat. Tapi aku juga realistis. Aku tahu, harapan tak selalu akur dengan kenyataan. Bahwa lingkungan bisa menyulap mereka jadi apa saja. Seperti kata pepatah, waktu kecil menjadi anak, bila besar menjadi onak. Ma’adzallah …

Akan kujelaskan mengapa aku begitu cemas. Sekarang ini gelombang hedonisme yang menerpa masyarakat nampak kian tak terbendung. Nilai-nilai lama bangsa Timur yang dikenal sopan dan religius kini pelan-pelan mulai banyak ditinggalkan. Simaklah laporan media masa belum lama ini. Sejumlah siswa-siswi sekolah menengah umum (SMU) di Jawa Barat terpaksa dikeluarkan karena diketahui telah berbuat mesum di ruang kelas pada waktu istirahat. Adegan yang mereka lakukan bahkan sempat direkam oleh siswi lain dengan telpon genggamnya, yang kemudian beredar di kalangan pelajar.

Kasus ini diyakini hanya sebagian kecil dari fakta sebenarnya yang lebih memprihatinkan. “Gilanya, bagi Pipi [nama samaran] dan teman-temannya, seks adalah “gaul. Pipi biasa kongkow dengan tiga kawan sekelasnya. Kadang mereka menonton VCD porno bersama teman-teman cowoknya. Yang belum mencoba adegan dalam film porno itu dianggap kurang gaul.“ Demikian laporan majalah Gatra, nomor 3, edisi 28 November 2005. Ini belum termasuk kasus-kasus pengguguran kandungan, konsumsi narkoba dan lain sebagainya. Orangtua manakah yang tak merinding menghadapi kenyataan ini.

“Kenapa Mama nangis?” tanya Deniz heran.

“Iya, sebab Mama takut, nak!“ jawabku sambil berusaha tersenyum.

Apa yang mesti kulakukan untuk melindungi anak-anakku? Siapakah yang akan menjaga mereka di luar sana? Bila kelak mereka pergi bersama teman-temannya, bila nanti kos di kota lain atau kuliah di luar negeri? Ah, seandainya aku bisa selalu menemani mereka kapan dan kemana pun mereka berada,“ kataku dalam hati. Biarlah Kahlil Gibran sang penyair itu berseru:



Your children aren’t yours                                               
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
          You may give them your love, but not your thoughts
          You may house their bodies, but not their souls


          Anak-anakmu bukanlah milikmu

          Mereka adalah anak-anak kehidupan yang punya keinginan sendiri
          Engkau boleh memberi mereka cinta, tapi bukan pikiranmu
          Engkau dapat mengurung raganya, tapi tidak jiwanya


Jika ada yang membuatku tetap optimis, itulah cinta, iman dan doa. Aku yakin tak ada jalan lain untuk menyelamatkan anak-anakku kecuali dengan menaburkan benih-benih cinta dan iman sejati dalam hati mereka, disertai dengan siraman doa yang tak putus-putus selagi hayat dikandung badan. Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrata a‘yun, wa-j‘alnaa lil-muttaqiina imaama (QS 25:74). Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami pasangan hidup dan anak-anak kami sebagai penyejuk mata, dan jadikanlah kami teladan bagi orang-orang yang bertaqwa. Amiin.(@inci).



Frankfurt am Main, Jum’at 7 April 2006

1 comment:

Anonymous said...

RUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH MOJOKERTO
Jalan RA Basuni 12 Sooko
Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur indonesia
Phone: (0321) 321922, 326991, 329669. Sms:085648280307
Fax: (0321) 329670
Email: rsisakinah@telkom.net